Join us in the middle way
Hi teman..Sepertinya kamu belum terdaftar, ayo klik REGISTER untuk menjadi member Forum DhammaSena atau klik LOG IN jika kamu member Forum Dhammasena


Join the forum, it's quick and easy

Join us in the middle way
Hi teman..Sepertinya kamu belum terdaftar, ayo klik REGISTER untuk menjadi member Forum DhammaSena atau klik LOG IN jika kamu member Forum Dhammasena
Join us in the middle way
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

PENYEMBAH BERHALA, APAKAH TOLOK UKURNYA?

Go down

PENYEMBAH BERHALA, APAKAH TOLOK UKURNYA? Empty PENYEMBAH BERHALA, APAKAH TOLOK UKURNYA?

Post by wonder_girl Sat Nov 22, 2008 12:43 am

PENYEMBAH BERHALA,

APAKAH TOLOK UKURNYA?

Ketika saya bertemu dengan doktor pribadi saya, beliau bertanya tentangkegiatan religius saya. Dan ketika beliau telah mengetahui merek religius saya,ia menanggapi bahwa saya adalah pemuja batu dan saya disarankan untuk memilikipegangan hidup agar di hari kiamat yang telah dekat, saya dapat tertolongsehingga dapat terlahir di surga abadi. Lalu saya bertanya mengapa saya disebutpemuja batu? Jawabnya, saya menyembah patung, pemuja berhala.
Ketika saya bertanya balik, apakah benar saya menyembah patung, beliau
mengatakan ya, karena menurutnya, saya menghormat dan memohon-mohon rejeki,keselamatan, nama baik, keberhasilan dan sebagainya kepada patung yang terbuatdari batu dan tak ada bedanya dengan animisme, penyembah batu, religiusberhala. Kemudian saya berkata: "Pernyataan dokter seolah-olah menunjukkanbahwa perihal pikiran saya, sepertinya dokter lebih tahu dari pikiran saya sendiri,darimanakah dokter mengetahui bahwa saya menghormat dan memohon-mohon kepadapatung, apakah dokter dapat membaca pikiran saya, tolong dokter memberikanpetunjuk bagi saya." Maka iapun menjawab bahwa kebanyakan, orang yangbertingkah laku di depan patung adalah demikian, sehingga diambil kesimpulanbahwa itu menyembah dan memohon kepada patung.

Kemudian saya mengutarakan kenyataan yang umum terjadi di masyarakat:
"Ketika rakyat suatu negara mengangkat tangan di atas kening sambil
menghadap tegap ke arah Bendera Nasional Negara itu pada kesempatan suatuupacara, apakah makna tingkah laku orang-orang itu, apakah mereka menyembahatau meminta-minta sesuatu kepada bendera itu?" Dokter saya menjawab,bahwa menghadapi Bendera Nasional, mereka tidak menyembah atau meminta-mintasesuatu namun saat itu mereka mengenang perbuatan / kualitas jasa para pahlawansehingga secara alamiah mereka tergugah batinnya untuk mencontoh perbuatanpatriot para pahlawannya. " Kemudian saya lanjutkan: "mungkinkahpenganut religius yang dokter sebut sebagai penyembah patung/berhala tadi,ketika berlutut di bawah atau di hadapan patung itu, pikirannya diliputi olehsifat-sifat baik yang mencontoh orang yang dilambangkan dengan patung tadi,atau mengenang kualitas-kualitas batin yang baik dari orang yang
dilambangkan dalam bentuk patung tersebut, seperti halnya rakyat yang sedangmengenang jasa para pahlawannya? " Beliau menjawab bahwa hal itusangat mungkin. Lantas saya kembali bertanya:"Apabila sangat mungkin, makaorang-orang yang melakukan dengan pikiran baik tersebut apakah masih layakdisebut sebagai penyembah patung/berhala, dan jika saya melakukan seperti itu,apakah tepat pernyataan dokter pertama tadi bahwa saya adalah penyembahberhala?" Tentu saja tidak, jawab dokter itu. Saya melanjutkan: "mengapatidak?" Karena penyembah berhala artinya menyembah dan meminta-mintasesuatu (rejeki, keselamatan, dan sebagainya) kepada sesuatu yang tidakdiketahuinya, demikian jawab dokter tersebut. Mendapat jawaban seperti itu,saya berkata dan bertanya kepada beliau: "Maaf dokter, saya gembira sekali
karena dokter berbicara sangat terbuka, oleh karena itu ijinkanlah sayabertanya secara terbuka dan jangan terlalu dipikirkan apabila pertanyaan sayaini tidak tepat; bagaimanakah dengan dokter, apakah dokter dalam mempraktikkankepercayaan religius yang dokter anut, acap kali meminta atau memohon sesuatu(keselamatan, rejeki dsb) kepada sesuatu yang sesungguhnya dokter tidak/belumpahami/ketahui (tanpa atau dengan media tertentu seperti patung atau hallainnya)?" Beliau terdiam sejenak, kemudian menanggapi:" Selamaini saya telah salah pandangan tentang kepercayaan religius yang kamu pahami,maafkan saya! Sesungguhnya selama ini, saya lebih berhala dibandingkan kamu,karena saya sering kali meminta atau memohon sesuatu (rejeki, kesehatan,keselamatan dan sebagainya) kepada sesuatu yang memang saya belum/tidakpahami/ketahui. Maafkan saya, selama ini saya telah
salah menilai kepercayaan religius yang kamu pahami hanya dari penampakan luar.Ternyata sisi batin si pelaku sangat menentukan kualitas perbuatannya.
Terus terang, saya merasa syukur atas keteranganmu karena untuk selanjutnyasaya tidak akan salah menilai seperti itu lagi.

Demikianlah dialog antara dokter pribadi saya dan saya, yang terjadi secara spontandan terbuka. Memang, saya dan teman-teman memiliki ruang yang terdapat patungseorang guru besar yang bernama Gotama. Memuja patung bukanlah ajaran religiuskami, namun, memang kebanyakan para penganut religius kami, tidak mengertidengan benar ajaran religiusnya (tidak mau tahu atau karena ajaran tersebutmemerlukan kemampuan logika pada taraf tertentu), sehingga mereka terjebak kedalam praktik keliru sebagai pemuja berhala.

Bagi kami, patung guru besar kami yang bernama Gotama hanya sebagai alat bantubagi para pemula (bagi yang telah pandai sama sekali tidak memerlukan alatbantu seperti itu) untuk membangkitkan sikap batinnya seperti yang dimilikioleh guru besar Gotama, yaitu:

1. murah-hati (dermawan)

2. bermoral (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak
berdusta, tidak memakan atau meminum makanan atau minuman yang melemahkankewaspadaan)

3. tidak terikat/tidak melekat

4. bijaksana dalam bertindak, berbicara dan berpikir

5. bersemangat

6. sabar

7. selalu berpikir, berbicara dan bertindak jujur dan benar

8. memiliki tekad yang kuat

9. memiliki cinta kasih terhadap semua mahluk (tidak pandang bangsa, ras,agama, golongan, sekte, mahluk, dsb)

10. sikap seimbang menghadapi suka dan duka (tidak larut dalam suka maupunduka)


Patung bukanlah kriteria ajaran kami. Ada atau tidak ada patung tidak
menjadi masalah. Guru besar kami sama sekali tidak mengajarkan pemujaan patungguna menuju kebahagiaan sejati. Tindakan melalui pikiran, ucapan dan jasmaniyang senantiasa terkendali serta jauh dari keserakahan, kebencian dan kebodohanbatin merupakan syarat mutlak untuk merealisasi kebahagiaan sejati. Setiapmahluk mengharapkan kebahagiaan, namun kebahagiaan tidak dapat muncul karenaberdoa, meminta-minta.

Kebahagiaan merupakan akibat, dan akibat akan muncul apabila ada sebab tepatyang mendahuluinya. Sebab yang baik pasti akan menimbulkan akibat yang baik;sebaliknya sebab yang buruk akan menimbulkan akibat yang buruk pula. Prosessebab akibat ini akan berlangsung selama kondisi-kondisi penunjangnyaterpenuhi; mereka berproses secara alamiah. Pengertian yang benar mengenaiproses inilah yang menyebabkan saya secara sukarela berusaha melakukan kebaikantanpa tergiur oleh janji/iming- iming surga dan secara sukarela pula
berusaha tidak melakukan kejahatan, tanpa diliputi rasa takut akan ancamanneraka. Semoga uraian kenyataan di atas dapat meredakan kesalahpahaman antarpenganut religius.

Nice to read..
wonder_girl
wonder_girl
Member
Member

Number of posts : 45
Age : 36
Location : tomang
Since : 2008-11-18

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum