Join us in the middle way
Hi teman..Sepertinya kamu belum terdaftar, ayo klik REGISTER untuk menjadi member Forum DhammaSena atau klik LOG IN jika kamu member Forum Dhammasena


Join the forum, it's quick and easy

Join us in the middle way
Hi teman..Sepertinya kamu belum terdaftar, ayo klik REGISTER untuk menjadi member Forum DhammaSena atau klik LOG IN jika kamu member Forum Dhammasena
Join us in the middle way
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

3 posters

Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by LuvLiu Wed Mar 11, 2009 10:06 pm

Cerita yg Luar biasa, cerita yang mungkin sering terjadi
dilanjutkan dengan adanya EGO yang KUAT diantara keduanya.
Sehingga tidak terpikir jalan keluar.



Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah
rumah tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah
terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk
tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah
telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama
ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput
nenek di kampung utk tinggal bersama. Sejak kecil suami saya
telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan
nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia
hingga tamat kuliah.



Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan
sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat
berjemur, menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri di
depan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah
katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan
memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan
berkata :"Mari, kita jemput nenek di kampung".



Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan
kepalaku ke dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan
aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja
bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau
terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba
mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan
diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru sampai aku
berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.



Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali
menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek
tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu
hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa
dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek: "Ibu,
rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman
dan suasana hati lebih gembira." Nenek berlalu sambil
mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini
kebiasaan orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa
juga." Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali
melihatku pulang sambil membawa bunga,dia tidak bisa menahan
diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar
jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengka n
kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu
tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku
sambil berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan
katakan harga yang sebenarnya." Lambat laun,
keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.



Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun
pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata
nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang
sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut
dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu
membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes. Aku adalah instrukstur tari,
seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku
tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi
apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka
membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi
semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan semua
kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk
dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan
kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar
tempat semua kumpulan kantong plastik.



Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak
menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak
tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia
sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci
piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil
membanting pintu dan menangis. Suamiku jadi serba salah,
malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba
bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku
menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia
melotot sambil berkata: "Kenapa tidak kamu biarkan
saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu
mati?"



Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup
lama, suasana mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk,
tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi
membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu
bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan
dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku
sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung
jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi
hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada
saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu Di,
apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih
sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil
memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg
mengalir di kedua belah pipiku. Dan dia akhirnya berkata:
"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi." Aku mengiyakannya dan kembali ke
meja makan yg serba canggung itu.



Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan
tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku,
seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya
sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera
mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku
dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara
tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku
terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh
bukan sengaja aku berbuat demikian!. Pertama kali dalam
perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek
melihat kami dengan mata merah dan berjalan
menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar
rumah.



Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga
meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di
rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi?
Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu
makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau,
sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku
berkata: "Lu Di, sebaiknya kamu periksa ke
dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil.
Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita
gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh
itu?



Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari
tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur,
aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun
dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan
tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan
kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi.
Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera
memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya
tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun
tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman
ini berakibat sangat buruk?



Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan
peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan
kebencian, aku menangis dengan sedihnya. Tengah malam,aku
mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan
melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil
uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin
tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan
segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan utk
meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat
begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang.
Aku tersenyum sambil menitikan air mata.



Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin
secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan
semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di
kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku
dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja
mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah
sakit. Mulutku terbuka lebar. Aku segera menuju rumah sakit
dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak
pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek
yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?" Sampai
selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur
sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan
penuh dengan kebencian.



Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain,
pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau
kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek
juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg
datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa
pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak
muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika........
....dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.



Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja
dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku
merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku
terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan
salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak
pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau
dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku. Waktu
berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi
seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin
larut malam. Suasana tegang didalam rumah.



Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café️, melalui
keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku
dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut
sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yg
telah terjadi. Aku masuk ke dalam dan berdiri di depan
mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis
juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan
segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan
menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah
tajam dariku. Suara detak jantungku terasa sangat keras,
setiap detak suara seperti suara menuju kematian.



LuvLiu
LuvLiu
Moderator
Moderator

Number of posts : 1265
Age : 37
Location : AFK for a while
Asal : Ranah Minang
Gol. Darah : A
Since : 2008-10-28

http://www.luvliu.co.cc

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by LuvLiu Wed Mar 11, 2009 10:07 pm


Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika
tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan
mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan
menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal
nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah
berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu
pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas
dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang
keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang
terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini.
Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua berlalu begitu
saja.



Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang
diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check
kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman
menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku
seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya.
Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku
tidak bersalah.



"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan
ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar
kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat
apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol
emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:
"Tunggu sebentar, aku akan segera menanda
tanganinya"" .Dia melihatku dengan pandangan
awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri
sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini
tidak keluar.



Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan
ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil
duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan
menyodorkan kepadanya."" Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama
kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung
air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab:
"Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh
pergi". Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami
saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan
badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan
bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak
hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil
kembali."Entah sudah berapa kali aku mendengar dia
mengucapkan kata: "Maafkan aku, maafkan aku". Aku
pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa.
Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku
lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg
menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan
darinya.



Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah
berlalu tidak akan pernah kembali. Hanya sewaktu memikirkan
bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya,
hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua
makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak
menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah
berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.



Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku,
aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke
kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang
dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah
permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia
akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil
tertawa terbahak-bahak. Dia lupa........ , itu adalah dulu,
saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?




Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang
mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu
membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan
anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk
demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi
aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam
kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara
pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila
chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu
bukan lagi suatu masalah.



Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat
sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera
berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur.
Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan
berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia
mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin
yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus
kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya.
Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa
jika bukan dia?



Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan
tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju
persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum
padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan
anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum
bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke
lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.



Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka
matanya………aku pernah berpikir tidak akan
lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi
kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan
sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai
pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah
merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu
terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah
menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli
dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke
kamar nenek lalu menyalakan komputer.



Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa
adanya, aku masih berpikir dia sedang
bersandiwara…………Sebuah surat yg
sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada
anak kami."Anakku, demi dirimu aku terus bertahan,
sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu
dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk
kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa
melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan
untuk itu. Di dalam komputer ini, ayah mencoba memberikan
saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan
kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah
menemanimu hidup selama bertahun -tahun. Ayah sungguh
bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah
orang yg paling mencintaimu dan dia adalah orang yg paling
ayah cintai".



Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD,
SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap
didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku.
"Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia
aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau
kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika
engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah
memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.
Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk
memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis
semua tahun pemberian padanya".



Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku
menggendong anak kami dan membaringkannya di atas dadanya
sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja,
lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan
hangatnya pelukan ayahnya". Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum... ......... ..anak itu tetap
dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi
tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah
menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan
sambil berurai air mata........ ......... ...



Teman-teman terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian,
agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin
saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata
masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita
ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan
simpan di dalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari
kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita
perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita
lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.
LuvLiu
LuvLiu
Moderator
Moderator

Number of posts : 1265
Age : 37
Location : AFK for a while
Asal : Ranah Minang
Gol. Darah : A
Since : 2008-10-28

http://www.luvliu.co.cc

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by wonton Thu Mar 12, 2009 7:12 pm

uggh ko ferry nyindir lg... marah

tp emank mengharukan hiks...
wonton
wonton
Moderator
Moderator

Number of posts : 1454
Age : 36
Location : Somewhere I Belong
Asal : Jakarta yg macet, bau, berisik, dll.
Gol. Darah : O
Since : 2008-10-29

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by dedhut Thu Mar 12, 2009 10:10 pm

so switttt...
mamaaa
dedhut
dedhut
Senior Member
Senior Member

Number of posts : 212
Age : 36
Location : dmana2 hatiku senanggg
Asal : mdn-jkt
Gol. Darah : A
Since : 2008-10-29

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by LuvLiu Fri Mar 13, 2009 4:19 pm

"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan
simpan di dalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari
kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita
perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita
lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.

tuh, denger tuh ton...
makanya...jangan sering sewot ama cewe mu..hahaha

Wink
LuvLiu
LuvLiu
Moderator
Moderator

Number of posts : 1265
Age : 37
Location : AFK for a while
Asal : Ranah Minang
Gol. Darah : A
Since : 2008-10-28

http://www.luvliu.co.cc

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by wonton Fri Mar 13, 2009 5:41 pm

baik, huhuhu
wonton
wonton
Moderator
Moderator

Number of posts : 1454
Age : 36
Location : Somewhere I Belong
Asal : Jakarta yg macet, bau, berisik, dll.
Gol. Darah : O
Since : 2008-10-29

Back to top Go down

Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi Empty Re: Jangan "NGAMBEK" pada orang yang kita sayangi

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum